October 22, 2014 at 1:36 am
Yang namanya bisnis, percaya atau tidak, si Dudu lebih jago dari Mamanya. Oh ya? Coba cek cerita berikut ini.
Dudu: Ma, aku mau mainan baru
Mama: Ga ada uang.
Dudu: Kalo aku jual mainan yang lama trus uangnya bisa buat beli yang baru?
Mama: Bisa. Kamu singkirin dulu mainan yang udah ga kepake trus kamu jual.
Yang tidak disangka, ternyata dia memikirkan cara cari uang ini dengan serius.
Dan dia come up dengan sebuah ide: barter mainan.
Konsepnya simple “kalo ada anak butuh mainan baru kan daripada orang tuanya bellin mendingan dia tukar sama anak lain yang juga bosan sama mainannya.”
Make sense.
Jadi inilah bisnis impian si Dudu.
Dudu: Nama tokonya Pinjampinjam.com, Ma
Mama: Seharusnya sih barter ya… Kalau pinjam ngga ada duitnya dong.
Dudu: Tapi kan pinjam. Kita pinjam punya teman, teman pinjam punya kita. Kalau sudah bosan kita pinjamkan lagi ke teman lainnya lagi.
Waktu ditanya mau seperti apa toko impian si Dudu, jawabannya simple: dia mau pajang mainan dia di online, lalu orang bisa klik Dan pilih apa yang mau dibeli atau ditukar mainan baru. Either way, dia dapat mainan baru dan tujuan dia tercapai. Jadi buat dia itu sudah untung. Namanya juga anak-anak.
Challenge terbesar dari bisnis ala Dudu ini adalah perbedaan jalan pikiran. Kalau dari jalan pikiran anak-anak, yang penting mereka mendapatkan yang mereka mau yaitu mainan. Jadi bisnis ini harus kids friendly. Bukan dari sudut pandang orang tua yang hitung-hitung untung rugi. Kok mainan Rp100rb ditukar sama yang Rp20rb? Sementara di mata anak-anak, mainan ya mainan. Mahal murah bukan dari harga tapi dari seberapa kepengennya mereka sama mainan itu.
Resikonya juga besar, gimana kalau ada yang sudah dikirimin barang trus ngga mengirimkan barterannya? Atau yg pengen mengembalikan barang karena tidak sesuai gambar? Atau masalah teknis seperti rumah tujuan susah digapai JNE jadi kiriman ngga sampe? Kalo mikirin resiko kayaknya kok ribet banget ya.
Tapi buat Dudu, Pinjampinjam.com ini adalah “bisnis” impian. Sesuatu yang bisa menghasilkan, walaupun hasilnya bukan berwujud uang. Orang dewasa ngomongin uang melulu sih ya hahaha… Sementara buat saya, “bisnis” ini jadi sesuatu yang memberikan pandangan baru tentang untung-rugi yang selalu saja jadi hitung-hitungan dunia orang tua. Saya jadi disadarkan bahwa untuk anak-anak yang belum mengerti cari uang dan nilai uang, memandang “keuntungan” dari sudut berbeda dan mengartikannya ke dalam pemahaman mereka sendiri.
Trus kalo untung secara bisnis gimana dong? Namanya juga bisnis impian berarti ujung-ujungnya duit dan untung dong. Nah itu tugas (dan impian) si Mama yang ngga bakat bisnis ini untuk memikirkan gimana caranya bisa jadi untung beneran. Dan kalau bisa, jadi pengumpul mainan bekas untuk disumbangkan. Bisa kerjasama dengan perusahaan yang mau CSR, mengumpulkan mainan ditukar voucher belanja. Atau bisa jadi komunitas, wadah untuk saling bertemu, playdate dan tukeran mainan. Wah kok jadi seru ya?
Dan kenapa si Dudu keukeuh mau bikin bisnis impiannya?
“Soalnya, Ma, mainan itu, kalau tidak dimainkan lagi kan kasihan. Coba Mama nonton Toy Story. Lagian kan mainannya sudah ada… tinggal taro di internet. Gratis pake wi-fi.”
Errrr… Du, internet itu bayar loh….
*gubraks*